HILANGNYA JEJAK SANG SULUK
KARENA ANAK PRIBUMI
KARYA ILMIAH REMAJA
OLEH :
NAURA SALSABILA YOLANDHIA
NIS. 171810062
SMA ISLAM INSAN CENDEKIA BAITUL IZZAH
KABUPATEN NGANJUK
25 AGUSTUS 2017
HILANGNYA JEJAK SANG SULUK
KARENA ANAK PRIBUMI
KARYA ILMIAH REMAJA
Tema:
Sejarah merupakan Sumber Pengalaman Melalui Pengembangan
Rasa dan Identitas Sosial Suatu Masyarakat.
Diajukan kepada
Dinas Pariwisata, Keolahragaan, Pemuda, dan Kebudayaan
Sebagai Peserta Lomba Penulisana Sejarah Dinas
Pariwisata, Keolahragaan, Pemuda dan Kebudayaan Tingkat SMA/SMK/MA
Oleh
Naura Salsabila Yolandhia
NIS.171810062
SMA ISLAM INSAN CENDEKIA BAITUL
IZZAH
Jalan Wilis No.46, Ds. Kramat
Kab. Nganjuk
25
AGUSTUS
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis yang
berjudul :
Hilanganya Jejak Sang Suluk karena Anak Pribumi
disusun oleh :
Naura Salsabila
Yolandhia
Siswi SMA Islam Insan
Cendekia Baitul Izzah
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Mengetahui, Pembimbing
Kepala Sekolah SMAI IC Baitul 'Izzah
Dra. Saidah Mardiana, M.Pd.I Dian Indriasari, S.Pd.Gr.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman
Judul....................................................................................................
|
i
|
Halaman
Pengesahan..........................................................................................
|
ii
|
Kata
pengantar...................................................................................................
|
iii
|
Daftar Isi.............................................................................................................
|
iv
|
Bab I Pendahuluan
|
|
1.1 Latar
Belakang...................................................................................
|
1
|
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................
|
2
|
1.3 Tujuan
Penulisan.................................................................................
|
3
|
1.4 Tinjauan Pustaka................................................................................
|
3
|
1.5 Sistematika
Penulisan.........................................................................
|
3
|
Bab II Sejarah Wilangan
|
|
2.1 Letak Geografis dan
Demografis..........................................................
|
5
|
2.2 Sejarah Desa Wilangan.........................................................................
|
5
|
BAB III Syekh Sulukhi
|
|
3.1 Datangnya Sang
Suluk........................................................................
|
8
|
3.2 Pengabdian Sang
Suluk........................................................................
|
8
|
3.3 Letak dan Keunikan
makam.................................................................
|
9
|
3.4 Datangnya Sang Suluk........................................................................
|
10
|
BAB IV Penutup
|
|
4.1
Kesimpulan........................................................................................
|
12
|
4.2
Saran..................................................................................................
|
12
|
Daftar
Pustaka.....................................................................................................
|
14
|
Lampiran
|
|
1. Dokumentasi
Foto........................................................................................
|
15
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang
melimpahkan hidayah dan inayah-Nya sehingga karya tulis ini dapat
terselesaikan, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan. Sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mengantar
umatnya ke zaman kemenangan ini.
Tiada kata
yang layak penulis haturkan pertama kali kecuali ungkapan syukur kehadirat
Illahi Robbi, karena petunjuk dan pertolongan-Nya akhirnya penulis bisa
menyelesaikan karya tulis ini dengan judul Melacak Kembali Sejarah Hari Jadi
Nganjuk
Sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan, penulis
sadar bahwa pada proses penulisan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Allah
SWT yang telah memberikan pemahan dan kelacaran dalam proses pembuatan karya
tulis.
2.
Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan penulisan sejarah Jawa Timur
tahun 2017
3.
Ibu
Kepala SMA Islam Insan Cendekia Baitul ‘Izzah Nganjuk yang memberikan persetujuan dalam penulisan karya
ilmiah ini.
4.
Bapak
Damiran Darmoprawiyo selaku juru kunci makam, yang telah berkenan menjadi
narasumber untuk penulisan ini.
5.
Guru
Pembimbing yang rela menyisihkan waktunya untuk membimbing penulis.
6.
Kedua
Orang Tua yang mendukung penulis sepenuhnya.
7.
Teman
teman yang telah mendukung penulis
Tidak ada yang dapat
penulis berikan kepada mereka selain iringan do’a yang tulus dan ikhlas semoga
amal baik mereka diterima dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Tidak lupa kritik dan saran, sangat penulis harapkan dari pembaca demi
kesempurnaan karya ilmiah sejarah ini. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amiin
amiin
Nganjuk, 25 Agustus
2017
Penulis
Naura Salsabila Yolandhia
NISN. 0014219278
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut
Aristoteles, seorang filosof Yunani, mengemukakan bahwa sejarah merupakan
peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau
bukti-bukti yang konkrit. Sejarah
memiliki banyak peran penting di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak
orang berpikiran bahwa mempelajari
sejarah kurang kurang memiliki manfaat
karena sejarah adalah masa lalu sedangkan kita hidup di masa sekarang dan akan
datang. Sejarah memang merupakan uraian masa lalu, tapi bisa berulang lalu di
masa sekarang dan di era yang akan datang. Meskipun tidak semuanya memiliki
sejarah tertulis, tetapi setiap bangsa tetap perlu menggali dan menemukan akar
sejarahnya sendiri, agar bisa mengetahui kehidupan para pendahulunya di masa
lalu.
Sesuai pernyataan di
atas. Tidak hanya sebuah bangsa yang memiliki sebuah sejarah. Namun,
sebuah kabupaten atau desa
juga menyimpan banyak sejarah. Sejarah kabupaten atau desa bisa disebut sebagai
sejarah lokal. Sejarah lokal mengandung arti suatu tempat atau lokasi tertentu sertawaktu
yang tertentu pula.[1] Bukti adanya
sejarah di sebuah kabupaten yaitu
ditemukanya peninggalan-peninggalan berupa pemakaman, prasasti, benda
bersejarah, bangunan, dll. Salah satu yang dapat kita temukan,
yaitu sebuah makam seorang ulama kharismatik yang bernama
Dewo Agung Pranoto Kusumo, yang
terletak di Desa Wilangan, Kabupaten Nganjuk. Beliau lebih dikenal dengan nama
Syekh Sulukhi oleh masyarakat.
Sangat disayangkan, banyak masyarakat Nganjuk
dan bahkan masyarakat sekitar tidak mengetahui sejarah tokoh tersebut. Hal ini
membuktikan tidak adanya ketertarikan dan ketidakpedulian masyarakat dan
generasi muda dalam mempelajari sejarah di sekitar lingkungan tempat tinggal.
Padahal, mempelajari sejarah sebagai salah satu mata pelajaran wajib di jenjang
sekolah. Pentingnya mempelajari sejarah juga mendapat dukungan dari presiden
pertama Indonesia, yang terkenal dengan semboyan “JAS MERAH”
Mengetahui
pentingnya mempelajari sejarah, maka penulis sebagai generasi muda ingin melestarikan peninggalan sejarah. Penulis
tidak ingin melupakan seseorang yang pernah berjuang untuk kepentingan
masyarakat Kabupaten Nganjuk Salah satu cara melestarikan peninggalan sejarah
dengan mempelajari dan melakukan penelitian.. Agar pelestarian peninggalan
sejarah tidak mudah hilang, maka penulis tuangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah. Penulisan ini juga
sebagai media atau sarana untuk mempublikasikan kepad masyarakat Nganjuk. Bahwa
Ngangjuk sebagai Kabupaten tua menyimpan kenangan sejarah yang harus dijaga dan
dilestarikan.
Penulis
ingin melstarikan dan mempublikasikan peninggalan sejarah makam Syekh Sulukhi
karena makam tersebut masih banyak menyimpan ulasan sejarah dan yang belum banyak
diketahui oleh masyarakat di Kabupaten Nganjuk. Selain itu tokoh tersebut
memiliki peran di Kabupaten Nganjuk kala itu. Oleh karena itu, penulis akan melakukan
penelitian sejarah makam Syekh Sulukhi dan pengaruh makam tersebut terhadap
perkembangan masyarakat Kabupaten Nganjuk.
1.2
Rumusan Masalah
Dari
pembahasan latar belakang yang telah di jelaskan di atas penulis merumuskan
sebuah rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana hubungan makam Syekh
Sulukhi dengan kehidupan masyarakat Desa Wilangan?
2. Bagaimana cara penyampaian dakwah
syekh sulukhi di Desa Wilangan?
3. Bagaimana pengaruh adanya Syekh
Sulukhi dengan perkembangan masyarakat Kabupaten Nganjuk?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Mengetahui dan menjelaskan
hubungan makam Syekh Sulukhi dengan kehidupan masyarakat Desa Wilangan.
2. Mengetahui dan menjelaskan cara
penyampaian dakwah Syekh Sulukhi kepada masyarakat Desa Wilangan.
3. Mengetahui dan menjelaskan
pengaruh adanya Syekh Sulukhi dengan perkembangan masyarakat Kabupaten Nganjuk.
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan sejarah ini
dipergunakan sejumlah pustaka yang sangat membantu untuk memperdalam pembahasan
yaitu
1. Koleksi foto Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Nganjuk
2. Buku karangan Dr. H.
Soetrisno R., M.Si diterbitkan oleh Bangun Bangsa Yogyakarta berisi tentang
Ensiklopedia Kabupaten Nganjuk.
3. Sumber Wawancara dengan :
a. Bapak Damiran Darmoprawiyo selaku
juru kunci makam Syekh Sulukhi.
1.5 Sitematika Penulisan
Seperti pada
umumnya karya tulis ini terdiri atas empat bagian yaitu (1) bab pertama sebagai
pendahuluan berisi alasan-alasan yang melatar belakangi penulis melakukan
penelitian dan penulisan karya ilmiah sejarah serta permasalahan yang
diceritakan jawaban dalam penulisan karya sejarah ini, (2) Pada bab dua menguraikan
tentang kajian pustaka tentang sejarah Desa Wilangan, selanjutnya (3) bab tiga
menguraikan jawaban dari rumusan masalah terkait dengan makam Seyk Sulukhi, dan
terakhir (4) Kesimpulan, menjadi sebagai penutup yang berisi kesimpulan dan
saran berdasarkan isi temuan hasil penelitian.
Penulis juga melampirkan sejumlah gambar untuk mendukung uraian penulis.
BAB II
SEJARAH DESA WILANGAN
2.1 Letak Geografis dan Demografis
Kecamatan Wilangan merupakan
salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Tepatnya
berada di gerbang bagian barat Kabupaten Nganjuk, kurang lebih 16
km ke arah barat dari Kota Nganjuk. Kecamatan Wilangan perbatasan langsung dengan
wilayah Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, berada pada jalur utama Surabaya-Nganjuk-Madiun.
Batas-batasnya sebelah barat Kabupaten Madiun, sebelah selatan, Kecamatan
selatan Kecamatan Sawahan, sebelah timur Kecamatan Bagor, sebeleha utara
Kecamatan Rejoso.[2]
Kecamatan Wilangan dikenal
sebagai kecamatan yang masih kaya akan
perkebunan jatinya, dikarenakan memiliki kondisi tanah
yang subur dan struktur tanah yang relatif produktif sekaligus
ditunjang dengan adanya Sungai
Widas yang
mengalir sepanjang 69,332 km. Kecamatan
Wilangan juga memiliki 6 desa atau kelurahan diantaranya, Mancon, Ngadipiro,
Ngundikan, Sudimoroharjo, Sukoharjo, dan Wilangan. Dalam sebuah data diketahui
bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Wilangan berkisar ± 31.364 jiwa dengan 8680
KK.
2.2 Sejarah Desa Wilangan
Sejarah adalah
asal-usul, silsilah, kisah, riwayat, peristiwa.[3] Dengan
demikian Desa Wilangan tentu memiliki kisah yang melatar belakangi berdirinnya.
Peristiwa ini diawali oleh datangnya seorang
waliyullah yaitu Syekh Sulukhi nama aslinya Dewo Agung Pranoto Kusuma
juga disebut Ki Ageng Mbarat. Beliau adalah seorang bupati Mbarat[4]. Mbarat
adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Magetan, terletak di perbatasan antara
Madiun-Ngawi-Magetan, yang kini dikenal dengan sebutan Kecamatan Purwodadi.
Awalnya Syekh Sulukhi diberi tugas khusus oleh prajurit Kadipaten Barat
Purwodadi untuk mencari perbekalan logistik yang berupa bahan makan untuk
pembangunan masjid Demak. Beliau juga diperintahkan untuk menyebarkan agama
Allah di tepian barat Jawa Timur. Dalam perjalanannya beliau diikuti oleh
beberapa prajuritnya diantaranya, Ki Demang Sekaten, Temenggung Singolawean,
Abdul Sa'i, Zaelani, Yusak, dll. Mereka memiliki peran sebagai pendamping
keamanan Syekh Sulukhi. Dalam mencari perbekalan di tepian Sungai Widas, Syekh
Sulukhi juga memiliki kesenangan mencari ikan untuk lauk pauk para santri.
Kemudian, beliau berjalan ke selatan dan sampai di sebuah tempat disitu beliau
menghitung berapa jumlah prajuritnya yang masih setia menemani beliau dalam
mencari ikan, sehingga tempat itu sekarang dinamakan Desa Ngadipiro. Lalu
berjalan di tepian sungai, dilihatnya sungai yang besar, dan kini sungai
tersebut disebut Kali Gedhe, juga masuk aliran Sungai Widas. Dalam mencari
perbekalan beliau meminta kepada Allah layaknya disebut Ibadah Suluk, sebagai
alat pendekatan diri kepada Allah swt. Beliau memohon dan meminta agar rumput
ilalang bisa menjadi padi dan memetik padi yang masih muda, untuk dimasukkan ke dalam bambu untuk dihanyutkan dan dikirim
menuju ke Kerajaan Demak lewat Ngampel. Dalam mengirim perbekalan dia sering
singgah di Ki Ageng Keniten, di daerah Gondang. Dengan banyaknya
bambu yang dikirimkan maka tak terhitung atau tidak terbilang lagi berapa
jumlah bambu tersebut. Tidak terbilang atau bahasa setempat mengatakan tidak ter-wilang
maka akhirnya menjadi Wilangan, yaitu nama desa dan kecamatan di Kabupaten
Nganjuk. Tempat ini ditemukan ±
pada tahun 1400, bersamaan dengan pendirian Masjid Demak (Jawa Tengah). Dengan demikian, dapat disimpulakan sejarah
Desa Wilangan berdiri dari proses interaksi sosial suatu masyarakat. Desa merupakan perwujudan geografis yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat
dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.[5]
BAB III
SYEKH SULUKHI
3.1 Datangnya Sang Suluk
Makam merupakan salah satu bukti sejarah yang bisa diteliti. Salah satu makam yang memiliki sejarah adalah
makam Syekh Sulukhi. Sekarang makam
tersebut dimanfaatkan
sebagai objek wisata kerohanian oleh masyarakat sekitar. Beliau adalah
putra dari Raja Brawijaya ke V dengan selir kanjeng ibu sepuh yang sampai
sekarang masih dirahasiakan namanya, dan juga saudara se-ayah dari Raden Patah
(Sunan Demak)[6]. Beliau seorang murid dari Sunan Ampel. Awalnya, beliau diberi tugas khusus oleh prajurit Kadipaten Mbarat Purwodadi untuk mencari perbekalan
logistik yang berupa bahan makan untuk pembangunan masjid Demak dan melakukan
penyebaran Agama Islam dibagian Barat Jawa Timur.
3.2 Pengabdian Sang Suluk
Dalam
melaksanakan pengabdiannya menyuplai perbekalan untuk pembangunan
Masjid Demak, Syekh Sulukhi menjalaninya
dengan lampah sulukh (tirakad) maka para pengikut dan santrinya menyebutnya
dengan Syekh Sulukhi. Syekh sendiri merupakan sebutan untuk seorang ulama
besar. Seseorang yang mendapatkan gelar tersebut, berperan dalam penyebaran dan
pengembangan agama Islam atau sering disebut dakwah. Syekh Sulukhi memiliki
nama asli Dewo Agung Pranoto Kusumo. Beliau
Syekh Sulukhi ini adalah putra dari Raja Brawijaya ke V dengan selir kanjeng
ibu sepuh yang sampai sekarang masih dirahasiakan namanya, dan juga saudara
se-ayah dari Raden Patah (Sunan Demak), tak lupa beliau seorang murid dari
Sunan Ampel.
Dalam menyapaikan dakwahnya dia mengajakan lagu
suluk kepada para pengikutnya. Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur'an,
Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat 69, Fasluki subula rabbiki zululan, yang
artinya Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan Suluk secara harfiah
berarti menempuh (jalan). Syekh Sulukhi sebagai seseorang yang menempuh jalan
suluk disebut salik. Setelah lama
mengabdi, disaat Syekh Sulukhi mendekati usia lanjut, dan para prajuritnya
satu-persatu meninggalkannya untuk memenuhi panggilan Allah. Beliau akhirnya
berwasiat, "Bila saatnya kelak aku memenuhi panggilan Allahu Robbi, maka
kebumikanlah diriku di timur sungai, berlawanan dengan makam prajuritku."
pintanya. Tak lama berselang beliau memenuhi panggilan-Nya. Rupanya para santri
dan keluarga tidak bisa melaksanakan wasiat dari Syekh Sulukhi dikarenakan
keterbatasan mereka, mereka tinggal di sebelah barat sungai. Jadi,
dikebumikanlah Syekh Sulukhi di sebelah barat sungai tersebut. Subhanallah,
beberapa hari setelah penguburan itu, suatu karomah yang luar biasa ditampakkan
Allah kepada masyarakat saat itu. Sungai yang sebelumnya mengalir di timur
makam tersebut, akhirnya melintas di sebelah barat makam Syekh Sulukhi, maka
dengan sendirinya makam Syekh Sulukhi pun berada di timur sesuai dengan wasiat
yang telah beliau pesankan. Dengan begitu, makam tersebut masuk ke wilayah Desa
Wilangan Kabupaten Nganjuk, bukan berada di wilayah Desa Caruban Kabupaten
Madiun. Sejak awal makam Syekh Suluki sudah ada yang merawat, bahkan hingga
sekarang sudah sampai 8 turunan. Diawali dengan Mbah Sonokromo, seorang lelaki
dari Mojorembun, hingga yang sekarang Bapak Damiran Darmoprawiyo atau Cokro
Kusumo seorang kamituwo setempat.
3.3 Letak dan Keunikan Makam
Yang menjadikan keunikan, makam Syekh Sulukhi itu terletak dibawah akar
pohon besar, kemudian hanya ada makam Syekh Sulukhi disitu tanpa ada makam yang
lainnya. Berbeda dengan waliyullah yang lainnya dimana terdapat banyak makam
disamping makam para wali Allah seperti makam walisongo. Makamnya berukuran
seperti makam pada umumnya namun bedanya pada makam beliau, nisannya dibungkus
dengan kain kafan.
Dan
bisa dirasakan ketika memasuki makam Syekh Sulukhi seperti terdapat hawa mistik
yang berbeda dengan hawa ketika memasuki makam-makam lain. Di dalam
makam ini, terdapat buku tahlil dan Al-qur’an untuk memudahkan penziarah.
Disekitar lokasi makam juga di sediakan beberapa fasilitas seperti toilet,
mushola dan warung. Tidak ada kontribusi untuk berziarah di makam beliau.
Disediakan kotak amal bagi mereka yang ingin beramal. Tidak dianjurkan untuk
melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan seperti mencari pesugihan. Di
dalam makam terdapat tulisan "Kridaning Menungso Tan Kuwowo, Ambendung
Purbaning Kang Kwoso" yang artinya Perilaku manusia adalah sama, dengan
tujuan akhir hidup. Ada juga slogan
bertulisan "Ucapmu Cocokno karo Batinmu" maksutnya kita harus
menyamakan antara yang di ucapkan dengan apa yang dilakukan, dalam bahasa lain
kita dilarang menjadi orang yang munafik. Ketika ingin datang berziarah
disarankan untuk menata niat terlebih dahulu, maksud dan tujuan datang kesana.
Karena, terdapat juga slogan agar memohon kepada Allah dan bukan kepada makam.
Sebab memohon kepada selain Allah adalah syirik.
Makam
Syekh Sulukhi terletak di bagian pintu gerbang barat Kabupaten Nganjuk, di Desa
Wilangan. Posisinya sendiri tidak terlalu
terpencil. Posisi makamnya berada kurang labih 1 km dari Jl. Raya Madiun yang
merupakan jalan provinsi. Atau, ± 1 km dari kepolisian sektor (Polsek) Wilangan
ke arah utara. Sebuah gapura, di seberang jalan Polsek Wilangan, yang di
atasnya bertuliskan huruf Arab menandai sebuah gang menuju makam tersebut.
Untuk mempermudah arus lalu lintas, gang tersebut diatur untuk satu arah, yakni
ke arah utara saja. Jalan di gang itu sudah beraspal. Begitu mencapai hampir 1
km dari gapura maka akan bertemu dengan ujung jalan gang tersebut dan bertemu
dengan dua cabang jalan, ke timur dan ke barat. Di situ juga telah ada tanda yang
tertulis pada sebuah papan kayu kecil arah menuju makam Syekh Sulukhi, yakni ke
arah barat. Tepatnya berada di
pinggir sebuah sungai, dimana sungai tersebut juga dijadikan pembatas, pembatas
antara Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Madiun. Nganjuk di sebelah timur, Madiun
di sebelah barat. Seperti yang sudah dijelaskan dalam sejarah Desa Wilangan,
sungai tersebut juga dimanfaatkan oleh
Syekh Sulukhi untuk menghanyutkan padi yang dimasukkan ke dalam bambu menuju ke
Kerajaan Demak. Saking banyaknya bambu maka tak terhitung atau tidak terbilang
lagi. Tidak terbilang atau bahasa setempat mengatakan tidak ter-wilang maka
akhirnya menjadi Wilangan, yaitu nama kecamatan tempat makam itu berada
sekarang. Untuk saat ini masyarakat Desa Wilangan memanfaatkan makam Syekh
Suluki sebagai wisata kerohanian.
3.4 Tradisi Sang Suluk untuk Anak Pribumi
Budaya
yang dikenang dan masih banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa, khusunya para
petani padi adalah Shodaqoh Metik, dengan sarana mengambil emping (padi yang
masih muda) untuk kelengkapan shodaqoh. Tujuannnya untuk mengharapkan barokah
dari hasil panen. Masyarakat wilangan pun juga masih melestarikan budaya Khol,
yaitu Hari Wafatnya Syekh Sulukhi. Bersamaan dengan mengadakan bersih desa,
sebagai sarana mengucap syukur atas hari jadi Desa Wilangan. Acaranya berupa
tasyakuran, Pentas Seni Wayang Gedog yang bertujuan untuk mendoakan para
leluhur dan memperingati cikal bakal berdirinya Desa Wilangan. Yang dilakukan
pada hari Jumat Pahing, pedomannya setelah penen Raya. Adapun peninggalan-peninggalan dari Syekh Sulukhi
yang sudah habis terjual karena lemahnya bangsa kita dalam melestarikan budaya,
sebagian hilang termakan usia dan hanya tersisa batu bata besar yang digunakan
untuk mengelilingi makam, itu pun sekarang sudah terkubur karena adanya
pemekaran dan akan robohnya makam Syekh Sulukhi.
Keikutsertaan masyarakat Desa
Wilangan dalam menjaga kelesatarian budaya
didaerahnya
dan yang menjadi latar belakang, adanya dukungan yang diberikan oleh Pemerintah
Kabupaten Nganjuk karena adanya pengaruh kekuasaan Kerajaan Demak. Pembangunan
Masjid Demak karena prakarsa dari walisongo, yang didukung oleh Kanjeng Sultan
Demak atau Raden Patah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Peninggalan-peninggalan
sejarah bukan hanya untuk pajangan atau hiasan, karena itu merupakan bukti
peniggalan sejarah yang bisa dijadikan ilmu pengetahuan. Dan situs-situs
bersejarah seyogyanya tidak seharusnya digunakan untuk hal-hal yang berbau
negatif, seperti berdoa pada makam, pesugihan, sesajen. Tetapi ziaroh ke
situs-situs bersejarah seharusnya dimanfaatkan untuk memantabkan niat untuk
berdoa dan memantabkan keyakinan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang Maha
Esa. Ketika ingin
datang berziarah disarankan untuk menata niat terlebih dahulu, maksud dan
tujuan datang kesana apa. Jangan sampai kita salah niat. Karena, memohon itu hanya
kepada Allah SWT, bukan kepada sebuah makam. Sebab memohon kepada selain Allah
adalah syirik. Dan syirik adalah perbuatan yang paling dibenci oleh Allah.
Ketahuilah,
jati diri Bangsa Indonesia terletak pada kearifan-kearifan lokal terbentuknya
pribadi Bangsa Indonesia, ingat dan kembali pada jati diri dan tidak
terkikisnya adanya budaya asing yang masuk ke Indonesia. Harus berani
menunjukkan jati diri supaya bisa menjadi bangsa yang besar. Karena kekuatan
bangsa itu terletak pada pelestarikan jati dirinya.
4.2 Saran
Dari pembahasan yang telah disampaikan di
atas, maka penulis memberikan saran kepada beberapa pihak, antara lain :
1. Pemerintah lebih memperhatikan
peninggalan-peninggalan purbakala yang bisa digunakan sebagai media pengkajian
dan pembelajaran oleh generasi muda selanjutnya.
2. Pemerintah Kabupaten Nganjuk perlu melakukan penelitian yang menyeluruh
tentang Situs Syekh Sulukhi sehingga masyarakat dapat memperoleh pemahaman
sejarah Situs Syekh Sulukhi yang benar atau yang sesuai dengan dengan bukti
sejarah.
3. Pemerintah Kabupaten Nganjuk/Desa
perlu membuat fasilitas tulisan sejarah di lokasi makam dan menuliskan sejarah
ke dalam sebuah buku penelitian.
4. Pemerintah daerah perlu menjaga
dan mengembangkan situs Syekh Sulukhi dengan membangun sebuah masjid untuk
syiar islam, peningkatan nilai keagamaan di masyarakat dan wisata religi.
5. Pemerintah daerah juga perlu
membangun infrastruktur di sekitar situs berupa pelebaran jalan, lahan parkir,
penambahan taman, sempadan sungai, dan gardu pandang untuk mendukung
pengembangan situs wisata religi tersebut dengan memanfaatkan pemandangan
Sungai Widas, hutan, jalan tol, lahan pertanian, dan budaya masyarakat
setempat.
Daftar pustaka
Soetrisno R,. 2002 . Ensiklopedia Kabupaten Nganjuk.
Yogyakarta : Bangun Bangsa.
----------. Wawancara pada tanggal 22 Agustus 2017.
Damiran Darmoprawiyo, juru kunci makam Syekh Sulukhi.
http://bolomanakib.blogspot.co.id/2012/03/syeikh-suluhi-wilangan-nganjuk.html
https://kbbi.web.id/syekh
http://www.bimbie.com/pentingnya-sejarah-bagi-suatu-bangsa.htm
PERNYATAAN KEASLIAN
TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Naura
Salsabila Yolandhia
NIS :
171810062
Kelas, Jurusan : XI-IPA
Menyatakan dengan
sebenarnya bahwa karya ilmiah remaja yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau
dapat dibuktikan karya tulis ini hasil jiplakan, maka saya bersedia bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Nganjuk, 25 Agustus 2017
Penulis,
Naura Salsabila Yolandhia
Lampiran
Lampiran 1
Foto
1.2 Gapura Utama Makam Syekh Sulukhi
|
1.1 Letak Makam Syekh Sulukhi
|
1.4 Gapura Makam Syekh Sulukhi
Foto
5 Prasasti Hering
|
1.3
Masjid Syekh Sulukhi
|
1.6
Skema pindahnya makam Syekh Sulukhi
|
1.5
Pagar dalam makam Syekh Sulukhi
Foto
5 Prasasti Hering
|
Foto
2 Candi Lor
|
1.8
Tempat Parkir area Makam Syekh Sulukhi
|
1.7
Sungai Widas
Foto
5 Prasasti Hering
|
1.8
Gong Kecil untuk acara pagelaran pentas seni.
|
Nama :
Naura Salsabila Yolandhia
NISN :
0014219278
Jenis Kelamin :
Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir: Nganjuk, 30 Mei 2001
Alamat : Kel.Kedondong, Kec.Nganjuk, Kab.Nganjuk.
Agama : Islam
No. HP :
081383341001
Whatsapp :
081383341001
Sekolah :
SMA Islam Insan Cendekia Baitul ‘Izzah Nganjuk
Telp. Sekolah :
(+62358)-3550167
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SD Islam Terpadu Baitul ‘Izzah
Nganjuk.
SMP :
SMP Islam Baitul ‘Izzah Nganjuk.
SMA : SMA
Islam Insan Cendekia Baitul ‘Izzah Nganjuk.
[2] Soetrisno R,.. 2002 . Ensiklopedia
Kabupaten Nganjuk.. Yogyakarta : Bangun Bangsa. Hal:180.
[3] Marhijanto, 1999, 289
[4] Damiran Darmoprawiyo, Juru Kunci.
[5] R.Bintarto, 1997
[6] Damiran Darmoprawiyo, Juru Kunci.
Casino Review 2021 | Free Spins and Welcome Bonus
BalasHapusCasino 카지노사이트 Review 2021 カジノ シークレット | Free Spins, Games, Bonuses, Deposit Methods and More | Is 메리트카지노 it worth a deposit? ➤ Read our expert review and claim your €100 welcome bonus!